Minggu, 24 April 2011

Jodoh itu dipilih atau diterima ??


" Semilir angin selaksa kabut dini hari.. membasahi lembut relung hati, terkesima karna pancaran kasihnya.. getarannya sampai ke tulang.. inikah dia yang namanya cinta ? "  ( Pilihan #2 )

Ketika cinta telah mengalir dalam darah, tidak ada daya sekuat apapun untuk meredamnya. Seluruh jiwa seakan kompak menyeru inilah jodoh yang dicari selama ini. Benarkah jodoh itu dicari ?? atau malah sebenarnya kita hanya bisa menerima apa yang memang sudah digariskan oleh sang Penguasa Takdir.
Kadang alam pikiran manusia tidak mampu mengikuti perjalanan dalam ruang hati yang mencari tahu kebenaran akan cinta dan hasrat. Akhirnya, hanya mampu mengambil kesimpulannya sendiri bahwa yang namanya cinta harus memiliki dan harus ada jodoh sebagai wujud memiliki. Hmm.. tampak membingungkan sepertinya, namun tidak sedemikian rumit jika saja kita bisa lebih mengikuti apa yang dikatakan oleh relung hati, bukan oleh pikiran yang seringkali mencari pembenaran dan enggan berhadapan dengan masalah.

Seringkali, aku terjebak dengan penciptaan sosok seseorang dalam hidupku yang lantas aku berpikir mungkin dia adalah jodohku.. namun semakin aku memikirkannya, semakin jiwaku jauh dari kemurnian akan cinta. Semakin ada rasa takut kehilangan, kecemburuan dan kegelisahan jika Sang Jodoh tak kunjung datang sesuai harapan. Mau protes ?? apa iya bisa protes dengan yang mengatur rencana untuk semua hambaNya.. dan  yang paling mudah dilakukan adalah dengan tangisan tak berdaya. Tersungkur dalam kesedihan amat dalam, mengiba di setiap kata yang lirih terucap kepada Nya.. memohon kekuatan, keyakinan bahwa semua akan menjadi indah pada waktunya.

Untuk kesekian kalinya, ketidakmampuan diri mengatasi kegundahan hati menjadikan diri lemah tak bermakna. Lantas.. apa yang terjadi kemudian ?? 
Menerima apa yang sudah digariskan.. mengikhlaskan siapapun jodoh yang nantinya dipilihkan olehNya. Karna sebenarnya itulah yang sudah menjadi catatan untuk setiap manusia di muka bumi ini. Kita hanya bisa memulainya dengan niat yang semata-mata hanya untuk mendapatkan RidhoNya.
Apapun yang terjadi, keyakinan terhadap segala sesuatu adalah baik maka akan seperti itulah dia menjadi. Jika hati dan pikiran dapat selalu sejalan memaknai hidup sedemikian rupa seperti ini adanya, betapa bahagianya kehidupan didunia ini dan betapa bersyukurnya kita oleh nikmat yang dilimpahkan oleh Allah swt dalam setiap tarikan nafas yang kita punya, dalam setiap jengkal kaki melangkah. Bukankah akhirnya kita akan menjadi lebih dekat kepadaNya berkat besarnya kebersyukuran yang bersemayam dalam dada ??

Andai semua ujian pilihan ini dapat kita maknai sebagai langkah mendekatkan keimanan dan ketaqwaan kita pada Sang Pencipta.. Jodoh adalah hanya sebagian kecil dari rezeki yang kita terima. Rezeki itu bisa kita kelola besar kecilnya dengan amal perbuatan kita sendiri. Apa yang kita tanam maka itulah yang akan kita tuai hasilnya. Insya Allah kebaikan itu selalu berwujud kebaikan yang lebih besar lagi nilainya bagi siapapun penebarnya.



Sabtu, 23 April 2011

Antara Cinta dan Benci

" Jangan hanya dilihat berapa besar rasa sakitnya ketika kesakitan itu ada, lihatlah dari mana dia datang dan untuk apa dia ada " ( Pilihan #1 )

Apakah benar cinta itu bisa terbagi ? atau.. yang benar adalah menyatukan 3 hati dalam 1 cinta : aku, kamu dan dia. Hmm.. pilihan yang sulit ya.. kalau cinta sudah melekat, melepaskannya pun begitu berat meskipun hati selalu terluka karnanya. Seorang teman bilang, apapun alasannya cinta seorang wanita tidak bisa diduakan. Dan menurutku apa yang dikatakannya benar.. contohnya saja Teh Nini ( mantan istri Da'i kondang Aa Gym ),  setegar apapun dia menerima suaminya menikah lagi, akhirnya toh dia tidak bisa membohongi perasaannya untuk ikhlas melihat Aa bermesraan di depan matanya dengan wanita yang tiba-tiba muncul dalam pernikahan yang sudah bertahun-tahun terbina. Aku bisa merasakan betapa sakitnya dia.. betapa tidak adil rasanya .. betapa besar penderitaan karna cinta.. namun aku juga mulai bisa memahami.. ternyata itulah kehidupan !

Kehidupanku, kamu atau siapa pun punya misterinya sendiri-sendiri. Siapa yang menyangka sebuah keharmonisan menjamin cinta tetap utuh sampai ajal datang menjemput ? Siapa yang bisa menjamin bahwa seseorang yang dicintai tetap bisa menjaga cintanya sampai maut memisahkan raga dan jiwa ? Itulah takdir.. itulah kehendak Nya. Apakah lantas kita menyalahkan sang Khalik atas semua kejadian yang kita terima ?? Mungkin sebagian besar dari kita melihatnya sebagai sebuah penderitaan dan kesakitan yang teramat sangat dan hanya sebagian kecil dari kita yang mampu menerimanya sebagai ujian ketakwaan dan keimanan. Hanya segelintir manusia yang ikhlas melihatnya sebagai anak tangga kemuliaan yang mengantarnya menuju syurga.

Hanya dengan Tafakur.. duduk tenang dalam diam.. bersabar yang sebenarnya bukan hanya merasa cukup bersabar.. kita bisa menemukan apa maksud dari semua yang terlintas dalam kehidupan kita dari waktu ke waktu. Mencoba untuk pasrah ternyata tidak semudah ketika kita mengucapkannya untuk orang lain, membayangkan rasanya saja sudah membuat kepala terasa berat, kehilangan passion dan hidup seperti tidak bermakna. Tapi sadarkah kita kalau itu semua adalah proses yang harus kita lalui ?? sebuah perjalanan yang mengangkat diri kita kepada kualitas diri yang lebih tinggi.
Aku memahami betapa hancurnya perasaan ketika cinta menjadi tidak ada harganya, ketika ketulusan dibalas dengan sebuah kebohongan, ketika tangisan berhenti pada titik jenuhnya  yang akhirnya mencatat diri sebagai manusia bodoh dan lemah. Ooohh.. betapa manusia begitu naif  memilah persoalan dengan hati dan pikirannya. Seringkali kita terjebak dengan situasi yang kita ciptakan sendiri dan tanpa disadari kita terlarut didalamnya. Aaaahhh.. jika sudah seperti itu rasanya dunia hampa, nafsu makan hilang, putus asa dan berpikir mungkin mati lebih baik. Hanya kepada Tuhan, semua kegundahan itu berakhir menurut caraNya jika saja kita mau berserah diri memohon ridho Nya.

Cinta adalah sebuah keagungan dalam hidup, cinta dan wanita adalah sebuah misteri yang tidak terpisahkan. Pria yang bijak sekalipun belum mampu memahami arti cinta yang sebenarnya.. karna manusia bukan pemilik cinta yang sesungguhnya. Pemilik yang Agung adalah Dzat yang dengan Kemaha  KuasaNya mampu menghadirkan dan melenyapkan cinta dalam sekejap.
Mencintai adalah memaafkan.. mencintai adalah keikhlasan.. mencintai adalah memberi kebahagiaan. Wahai wanita yang mulia, belajarlah dari setiap huruf dalam kata C I N T A. 
Curahkan semua perasaan dalam doa
Ijinkan naluri berbicara ketika harus berhadapan dengan pilihan
Niatkan hati untuk melihat kebenaran yang sesungguhnya
Tetapkan ridho sebagai alasan mencintai
Akhiri semua kekecewaan dengan keluasan hati untuk menerima

Saatnya menyadari betapa berharganya wanita dengan ketulusan cinta yang dimilikinya. Saatnya bersikap tegas terhadap ketidak pastian dalam sebuah hubungan. Karna sebesar apapun kesakitan atas kegagalan cinta lihatlah dari mana datangnya dan untuk apa dia ada. 



 

Jumat, 22 April 2011

Ketika Hidup Harus Memilih.. Introduction

Kalau saja benar ada sebuah perjanjian antara Ruh dan Tuhan tentang sebuah kesempatan hidup kembali, apakah mungkin setiap manusia bisa menjalani kesempatan itu dengan sebenar-benarnya ?? atau malah menyia-nyiakannya, menguburnya dan menjadikannya tidak lebih dari sekedar sebuah perjalanan hidup yang tanpa makna. Karena pada dasarnya manusia terlahir dengan 2 pilihan yang membentang dihadapannya dan yang saling berlawanan seperti halnya 2 kutub magnet, positif dan negative. Memilih adalah sebuah kesempatan yang sama dimiliki oleh setiap orang, baik buruknya tidak pernah bisa dipastikan.

Belajar dari diri yang terpuruk, aku tahu aku sedang berada dekat dengan perbatasan antara hitam dan putih kehidupan. Ketika sebuah keputusan tentang hidup itu harus segera diputuskan, aku sadar sepenuhnya akan berhadapan dengan 2 zona. Satu zona menawarkan kebaikan namun dengan harga sebuah kesakitan dan juga kepedihan sepanjang masanya. Sementara zona lainnya menawarkan kenyamanan yang seyogyanya tak ingin lepas dari jiwa yang sudah sekian lama menikmatinya dengan harga sebuah duka cita dan dosa yang harus dibayar nantinya.

Begitu dekat jarak penglihatanku terhadap sebuah keputusan yang terbentang di depan mataku dan hanya aku orangnya yang mutlak untuk memutuskan. Karena siapapun dia, hanya akan menjadi seorang penasihat semata. Kebahagiaanku adalah hasil penentuanku sendiri, apakah hanya berupa kebahagiaan sesaat yang aku inginkan ataukah kebahagiaan abadi yang sebenarnya kuharapkan.

Sebuah pertanyaan besar di diriku, akankah aku bisa luput dari dosa yang terus mengejarku… akankah aku senantiasa bergelut dalam lumpur ketidak jelasan sikap, rasa dan pikiran. Aku lelah, sekaligus berontak terhadap segala hal yang harus kujalani. Aku paham bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupku adalah proses untuk mendewasakan diriku. Karena jiwaku bukanlah jiwa malaikat seperti namaku, melainkan dia hanya seonggok debu yang siap diterbangkan kemana angin membawa.

Aku mulai perjalananku dari sebuah doa yang kupanjatkan di tengah bentangan langit malam :
“ Tuhan, apakah pantas aku mengeluh tentang kesulitanku sementara kulihat seorang hambaMu yang lain penuh dengan rasa kebersyukuran dalam menjalani hidupnya.
Ya Allah.. betapa malunya aku, ketika kulihat seorang hambaMu yang juga memiliki air mata kesedihan mampu berdiri tegar setegar karang di lautan Atlantik. Begitu mulianya dia Ya Allah.. berdiri tegak dengan kecantikan wajahnya yang sarat  penderitaan dan tetap tersenyum demi merajut hidupnya. Betapa bodohnya aku, menangis hanya karena persoalan yang sebenarnya bisa kujalani tapi kurasakan berat. Betapa keikhlasan itu begitu jauh dari hatiku, hingga setiap kesendirian yang kurasakan kujadikan tempat menolak kebahagiaan. Aku terjerembab.. tersungkur diatas kakiku sendiri.. kaki-kaki yang malas bergeser dari alam kezaliman diriku sendiri. Aku mohon ampunanMu ya Rabb .. “